Desain Cover Majalah, Desain Halaman Isi Majalah, Ilustrasi, Fotografi, Tipografi
A. Pengantar
SEMENJAK
pemerintahan BJ Habibie tidak lagi mempersulit pengurusan SIUPP (Surat
Ijin Usaha Penerbitan Pers), sedikitnya 350 media massa ber-SIUPP baru
telah ikut meriuhkan jagat media cetak, bersaing ketat dengan puluhan
media massa yang telah dikenal masyarakat. Sejak itu pula peran desain
menjadi semakin penting dalam industri pers. Kini, di kios-kios atau
tempat-tempat penjualan majalah-koran-tabloid, calon pembaca disuguhi
banyak pilihan sehingga mata pembaca "ditarik" kesana-kemari oleh
penampilan desain yang atraktif dan persuasive. Penampilan majalah yang
kurang "ngejreng" akan sulit merebut perhatian calon pembaca. Dengan
demikian tugas desainer majalah untuk menangkap perhatian pembaca
menjadi semakin berat. Tidak terkecuali majalah yang diterbitkan oleh
aktivis kampus atau sejenisnya yang barangkali hanya untuk kalangan
intern (belum ikut meramaikan kios majalah). Sebab masyarakat pembaca
sudah terbiasa "dimanjakan" matanya oleh desain-desain yang menarik dan
menyenangkan. Penerbitan pers, khususnya majalah, dewasa ini tidak cukup
hanya mengandalkan kualitas berita atau naskah, kendati aspek verbal
ini amat penting. Harus diakui bahwa aspek visual (desain) memiliki
peran sangat menentukan untuk menangkap calon pembaca. Betapapun
menariknya sebuah artikel, jika tidak di- visualisasikan dengan baik,
boleh jadi tidak akan dibaca. Visualisasi yang baik di antaranya
termasuk pemilihan huruf (terutama jenis dan ukuran), tata letak, dan
adanya ilustrasi (grafik, foto, dan unsur visual lainnya). Penerbitan
majalah idealnya memiliki dua bidang keredaksian, yaitu Redaktur Naskah
(Verbal Editor) dan Redaktur Artistik (Visual Editor). Redaktur Naskah
bertugas menjaga kualitas isi termasuk formula yang disajikan, pemilihan
rubrik, seleksi naskah, membuat judul yang menarik, mengedit bahasa,
dan lain-lain. Redaktur Artistik bertugas mengkomunikasikan informasi
atau naskah dengan lambang-lambang visual seperti huruf, foto, gambar,
warna, garis dan unsur grafis lainnya – dengan maksud agar naskah-naskah
tadi dapat diikuti oleh pembaca secara mudah, menyenangkan, dan
mengesankan.
B. Sasaran Pembaca
Bagaimana
desain majalah yang baik? Pertanyaan ini tidak mudah dijawab karena
memang tidak ada satu pun rumus yang absolut untuk menyebut desain
majalah yang baik. Secara umum dapat dikatakan, bahwa desain majalah
harus memiliki nilai kemudahan baca (legibility) yang tinggi,
komunikatif, dan menarik sasaran pembacanya. Pendekatan pertama dalam
merancang majalah adalah mengkaji formula atau konsumsi berita dan
artikel yang disajikan. Siapa sasaran pembacanya? Apakah ia seperti
TEMPO yang memiliki kelompok pembaca dewasa-umum-ilmiah-populer? Atau
semacam Kawanku dan Hai yang menjaring pembaca "ABG"? Ataukah sejenis
Bobo, Bocil, dan majalah anak-anak lainnya? Setiap majalah seharusnya
memiliki sasaran pembaca yang spesifik. Dari sinilah seorang desainer
beranjak menentukan nuansa perwajahan majalah (the kind of a look) yang
sesuai dengan mood pembacanya.
C. Cover Majalah
Sampul
atau cover majalah punya peran strategis untuk menangkap perhatian
pembaca. Kalau diumpamakan toko, cover ibarat etalasenya. Maka buatlah
desain sampul yang mampu berteriak "lihat aku!, bacalah aku, sekarang!".
Sampul majalah harus dapat mempromosikan dirinya. Untuk maksud
tersebut, hal-hal berikut ini perlu dipertimbangkan. - Sampul harus
memiliki ciri atau identitas, ia harus tampil beda dari yang lain
sehingga pembaca dapat dengan mudah mengenalnya. - Untuk menarik
perhatian calon pembaca, cover harus dapat menghentikan pandang,
terutama jika dipajang di kios penjualan bersama majalah-majalah lain.
Usahakan tampil segar, original, dan kreatif. - Ciptakan mood atau
nuansa yang sesuai dengan selera pembaca. Elemen-elemen visual yang
perlu di-display pada sampul majalah umumnya sebagai berikut. - Logotype
atau nama majalah. Gunakan jenis huruf yang simpel, komunikatif, dan
impresif. - Nomor penerbitan dan tanggal-bulan-tahun. - Harga eceran. -
Judul-judul naskah yang menarik (Laporan Utama dan artikel-artikel
eksklusif/fenomenal). - Unsur seni (foto, ilustrasi, tipografi).
D. Tipografi dan Fotografi
Desain
cover merupakan pekerjaan awal desainer. Tugas selanjutnya yang tak
kalah pentingnya adalah merancang halaman dalam. Setelah calon pembaca
berhasil "dihipnotis" oleh penampilan cover, berikutnya adalah mengajak
dan membimbing calon pembaca untuk menyimak halaman demi halaman sampai
timbul keinginan membaca, dan kemudian memutuskan untuk membeli.
Elemen-elemen visual yang sering digunakan sebagai eye-catcher adalah
tipografi dan fotografi, dua unsur penting yang berpengaruh terhadap
kenyamanan baca (legibility).
1. Tipografi
Tipografi
atau susunan huruf dalam desain media cetak merupakan elemen paling
penting untuk mewujudkan kenikmatan dan kemudahan baca. Di komputer ada
ratusan bahkan ribuan jenis huruf (font). Cara terbaik untuk memilih
huruf adalah dengan mempertimbangkan apakah huruf tersebut mudah dibaca?
Maka, huruf yang paling baik untuk media cetak adalah huruf yang punya
nilai keterbacaan tinggi. Jangan sekali-sekali berpikir "cari huruf yang
'nyeni' biar pembaca tertarik…." Nilai keterbacaan dipengaruhi oleh
enam faktor berikut ini. a. Jenis huruf (font) b. Ukuran huruf (point
size) c. Lebar setting (line length) d. Spasi (baris, huruf, kata) e.
Bentuk susunan (alignment) f. Variasi huruf (style)
2. Fotografi
Halaman
majalah yang hanya dipenuhi teks, tanpa satu pun foto, akan tampak
seperti lapangan bola, monoton dan membosankan. Maka setiap naskah
hendaknya diusahakan ada foto atau ilustrasi. Namun tidak berarti peran
foto hanya sebagai pelengkap berita saja. Foto secara visual memiliki
kelebihan sebagai eye-catcher yang kuat. Terlebih foto-foto yang
memiliki kualitas jurnalistik yang baik, foto bisa bercerita panjang
tentang fakta-fakta yang sulit dijabarkan dengan bahasa verbal.
Perkembangan fotografi jurnalistik dewasa ini telah melompat jauh, baik
kualitas maupun dukungan peralatannya. Tuntutan foto jurnalistik kini
tidak hanya pada kualitas teknik dan nilai berita saja, melainkan
dituntut memiliki kualitas artistik dan memiliki public-interest yang
luas, tidak hanya menarik bagi orang atau sekelompok masyarakat tertentu
saja.
Foto-foto yang memiliki public-interest tinggi umumnya punya kelebihan-kelebihan sebagai berikut.
- Komunikatif, mudah ditangkap, dan informatif
- Menyentuh perasaan, sensasional, dramatis, dan tidak biasa (unusual)
- Ide baru, original, bukan perulangan yang sudah pernah dilakukan orang
- Punya greget dan daya-tangkap (stopping power), menggairahkan, sensual
- Benar-benar terjadi, bukan hasil rekayasa (trick)
- Memiliki kualitas artistik (grafis) dan kualitas teknik yang memadai
Kiat mendapatkan foto untuk kepentingan jurnalistik antara lain dengan melakukan tindakan berikut.
- Ambillah foto peristiwa secara menyeluruh dari berbagai sudut pandang yang menarik.
- Berikutnya, ambil detail (close-up) beberapa bagian yang khas dari peristiwa atau subjek tersebut, dengan komposisi yang kuat dan menarik.
-
Bidiklah peristiwa atau subjek dari berbagai angle: tinggi-rendah,
kiri-kanan, jauh-dekat, dsb untuk mendapatkan komposisi yang menarik.
-
Gunakan peralatan yang tepat: lensa, film, filter, motor-drive, tripod,
flash, dan lain-lain sesuai keadaan. Tugas utama desainer dalam
penanganan foto adalah menyusun dan menggabungkan dengan teks secara
baik sesuai dengan prinsip-prinsip layout.
Pada beberapa penerbitan,
desainer diberi kewenangan meng-cropping foto untuk tujuan komposisi
atau mempertajam pusat perhatian (focus of interest). Tentang pemilihan
foto yang layak-muat biasanya dilakukan oleh Redaktur Foto, melalui
kesepakatan dengan Redaktur Halaman atau pengelola rubrik masing-masing.
Perlu diingat bahwa pembaca pada saat membuka majalah selalu melihat
halaman kiri dan kanan sekaligus, maka dua halaman yang berhadapan harus
dirancang sekaligus dalam satu kesatuan. Penempatan elemen visual di
halaman kiri harus seimbang dengan halaman kanan. Akhirnya harus
disadari bahwa tujuan desain majalah bukanlah membuat perwajahan yang
"nyeni", tetapi yang komunikatif, mudah diikuti, dan menyenangkan
pembaca.
RAKHMAT SUPRIYONO
Yogyakarta, 11 November 2001