Desain Majalah Desain Majalah ~ Jagad Maya

Sabtu, 02 Juli 2011

Desain Majalah

Desain Cover Majalah, Desain Halaman Isi Majalah, Ilustrasi, Fotografi, Tipografi

A. Pengantar
SEMENJAK pemerintahan BJ Habibie tidak lagi mempersulit pengurusan SIUPP (Surat Ijin Usaha Penerbitan Pers), sedikitnya 350 media massa ber-SIUPP baru telah ikut meriuhkan jagat media cetak, bersaing ketat dengan puluhan media massa yang telah dikenal masyarakat. Sejak itu pula peran desain menjadi semakin penting dalam industri pers. Kini, di kios-kios atau tempat-tempat penjualan majalah-koran-tabloid, calon pembaca disuguhi banyak pilihan sehingga mata pembaca "ditarik" kesana-kemari oleh penampilan desain yang atraktif dan persuasive. Penampilan majalah yang kurang "ngejreng" akan sulit merebut perhatian calon pembaca. Dengan demikian tugas desainer majalah untuk menangkap perhatian pembaca menjadi semakin berat. Tidak terkecuali majalah yang diterbitkan oleh aktivis kampus atau sejenisnya yang barangkali hanya untuk kalangan intern (belum ikut meramaikan kios majalah). Sebab masyarakat pembaca sudah terbiasa "dimanjakan" matanya oleh desain-desain yang menarik dan menyenangkan. Penerbitan pers, khususnya majalah, dewasa ini tidak cukup hanya mengandalkan kualitas berita atau naskah, kendati aspek verbal ini amat penting. Harus diakui bahwa aspek visual (desain) memiliki peran sangat menentukan untuk menangkap calon pembaca. Betapapun menariknya sebuah artikel, jika tidak di- visualisasikan dengan baik, boleh jadi tidak akan dibaca. Visualisasi yang baik di antaranya termasuk pemilihan huruf (terutama jenis dan ukuran), tata letak, dan adanya ilustrasi (grafik, foto, dan unsur visual lainnya). Penerbitan majalah idealnya memiliki dua bidang keredaksian, yaitu Redaktur Naskah (Verbal Editor) dan Redaktur Artistik (Visual Editor). Redaktur Naskah bertugas menjaga kualitas isi termasuk formula yang disajikan, pemilihan rubrik, seleksi naskah, membuat judul yang menarik, mengedit bahasa, dan lain-lain. Redaktur Artistik bertugas mengkomunikasikan informasi atau naskah dengan lambang-lambang visual seperti huruf, foto, gambar, warna, garis dan unsur grafis lainnya – dengan maksud agar naskah-naskah tadi dapat diikuti oleh pembaca secara mudah, menyenangkan, dan mengesankan.

B. Sasaran Pembaca
Bagaimana desain majalah yang baik? Pertanyaan ini tidak mudah dijawab karena memang tidak ada satu pun rumus yang absolut untuk menyebut desain majalah yang baik. Secara umum dapat dikatakan, bahwa desain majalah harus memiliki nilai kemudahan baca (legibility) yang tinggi, komunikatif, dan menarik sasaran pembacanya. Pendekatan pertama dalam merancang majalah adalah mengkaji formula atau konsumsi berita dan artikel yang disajikan. Siapa sasaran pembacanya? Apakah ia seperti TEMPO yang memiliki kelompok pembaca dewasa-umum-ilmiah-populer? Atau semacam Kawanku dan Hai yang menjaring pembaca "ABG"? Ataukah sejenis Bobo, Bocil, dan majalah anak-anak lainnya? Setiap majalah seharusnya memiliki sasaran pembaca yang spesifik. Dari sinilah seorang desainer beranjak menentukan nuansa perwajahan majalah (the kind of a look) yang sesuai dengan mood pembacanya.

C. Cover Majalah
Sampul atau cover majalah punya peran strategis untuk menangkap perhatian pembaca. Kalau diumpamakan toko, cover ibarat etalasenya. Maka buatlah desain sampul yang mampu berteriak "lihat aku!, bacalah aku, sekarang!". Sampul majalah harus dapat mempromosikan dirinya. Untuk maksud tersebut, hal-hal berikut ini perlu dipertimbangkan. - Sampul harus memiliki ciri atau identitas, ia harus tampil beda dari yang lain sehingga pembaca dapat dengan mudah mengenalnya. - Untuk menarik perhatian calon pembaca, cover harus dapat menghentikan pandang, terutama jika dipajang di kios penjualan bersama majalah-majalah lain. Usahakan tampil segar, original, dan kreatif. - Ciptakan mood atau nuansa yang sesuai dengan selera pembaca. Elemen-elemen visual yang perlu di-display pada sampul majalah umumnya sebagai berikut. - Logotype atau nama majalah. Gunakan jenis huruf yang simpel, komunikatif, dan impresif. - Nomor penerbitan dan tanggal-bulan-tahun. - Harga eceran. - Judul-judul naskah yang menarik (Laporan Utama dan artikel-artikel eksklusif/fenomenal). - Unsur seni (foto, ilustrasi, tipografi).

D. Tipografi dan Fotografi
Desain cover merupakan pekerjaan awal desainer. Tugas selanjutnya yang tak kalah pentingnya adalah merancang halaman dalam. Setelah calon pembaca berhasil "dihipnotis" oleh penampilan cover, berikutnya adalah mengajak dan membimbing calon pembaca untuk menyimak halaman demi halaman sampai timbul keinginan membaca, dan kemudian memutuskan untuk membeli. Elemen-elemen visual yang sering digunakan sebagai eye-catcher adalah tipografi dan fotografi, dua unsur penting yang berpengaruh terhadap kenyamanan baca (legibility).

1. Tipografi
Tipografi atau susunan huruf dalam desain media cetak merupakan elemen paling penting untuk mewujudkan kenikmatan dan kemudahan baca. Di komputer ada ratusan bahkan ribuan jenis huruf (font). Cara terbaik untuk memilih huruf adalah dengan mempertimbangkan apakah huruf tersebut mudah dibaca? Maka, huruf yang paling baik untuk media cetak adalah huruf yang punya nilai keterbacaan tinggi. Jangan sekali-sekali berpikir "cari huruf yang 'nyeni' biar pembaca tertarik…." Nilai keterbacaan dipengaruhi oleh enam faktor berikut ini. a. Jenis huruf (font) b. Ukuran huruf (point size) c. Lebar setting (line length) d. Spasi (baris, huruf, kata) e. Bentuk susunan (alignment) f. Variasi huruf (style)

2. Fotografi
Halaman majalah yang hanya dipenuhi teks, tanpa satu pun foto, akan tampak seperti lapangan bola, monoton dan membosankan. Maka setiap naskah hendaknya diusahakan ada foto atau ilustrasi. Namun tidak berarti peran foto hanya sebagai pelengkap berita saja. Foto secara visual memiliki kelebihan sebagai eye-catcher yang kuat. Terlebih foto-foto yang memiliki kualitas jurnalistik yang baik, foto bisa bercerita panjang tentang fakta-fakta yang sulit dijabarkan dengan bahasa verbal. Perkembangan fotografi jurnalistik dewasa ini telah melompat jauh, baik kualitas maupun dukungan peralatannya. Tuntutan foto jurnalistik kini tidak hanya pada kualitas teknik dan nilai berita saja, melainkan dituntut memiliki kualitas artistik dan memiliki public-interest yang luas, tidak hanya menarik bagi orang atau sekelompok masyarakat tertentu saja.

Foto-foto yang memiliki public-interest tinggi umumnya punya kelebihan-kelebihan sebagai berikut.
- Komunikatif, mudah ditangkap, dan informatif
- Menyentuh perasaan, sensasional, dramatis, dan tidak biasa (unusual)
- Ide baru, original, bukan perulangan yang sudah pernah dilakukan orang
- Punya greget dan daya-tangkap (stopping power), menggairahkan, sensual
- Benar-benar terjadi, bukan hasil rekayasa (trick)
- Memiliki kualitas artistik (grafis) dan kualitas teknik yang memadai

Kiat mendapatkan foto untuk kepentingan jurnalistik antara lain dengan melakukan tindakan berikut.
- Ambillah foto peristiwa secara menyeluruh dari berbagai sudut pandang yang menarik.
- Berikutnya, ambil detail (close-up) beberapa bagian yang khas dari peristiwa atau subjek tersebut, dengan komposisi yang kuat dan menarik.
- Bidiklah peristiwa atau subjek dari berbagai angle: tinggi-rendah, kiri-kanan, jauh-dekat, dsb untuk mendapatkan komposisi yang menarik.
- Gunakan peralatan yang tepat: lensa, film, filter, motor-drive, tripod, flash, dan lain-lain sesuai keadaan. Tugas utama desainer dalam penanganan foto adalah menyusun dan menggabungkan dengan teks secara baik sesuai dengan prinsip-prinsip layout.
Pada beberapa penerbitan, desainer diberi kewenangan meng-cropping foto untuk tujuan komposisi atau mempertajam pusat perhatian (focus of interest). Tentang pemilihan foto yang layak-muat biasanya dilakukan oleh Redaktur Foto, melalui kesepakatan dengan Redaktur Halaman atau pengelola rubrik masing-masing. Perlu diingat bahwa pembaca pada saat membuka majalah selalu melihat halaman kiri dan kanan sekaligus, maka dua halaman yang berhadapan harus dirancang sekaligus dalam satu kesatuan. Penempatan elemen visual di halaman kiri harus seimbang dengan halaman kanan. Akhirnya harus disadari bahwa tujuan desain majalah bukanlah membuat perwajahan yang "nyeni", tetapi yang komunikatif, mudah diikuti, dan menyenangkan pembaca.

RAKHMAT SUPRIYONO
Yogyakarta, 11 November 2001

0 komentar:

Posting Komentar